Menemukan Hadiah Dibalik Kekecewaan

Marriage / 16 February 2010

Kalangan Sendiri

Menemukan Hadiah Dibalik Kekecewaan

Puji Astuti Official Writer
5356

Tidak sedikit orang yang mengaku menyesal dengan pernikahannya. Bahkan ada seorang teman pernah berkata, jika seseorang bisa mengulang kehidupannya sebelum menikah, dia tidak akan pernah menikah. Apa sebenarnya yang membuat banyak orang menyesali keputusannya untuk memasuki pernikahan?

Inilah hasil surve dari Steve and Cindy Chapman tentang apa yang disesali pasangan suami-istri dalam pernikahannya:

ISTRI:

  • Saya berharap suami saya dan saya tidak akan bertengkar di depan anak-anak. \"\"
  • Saya takut kami menikah terlalu cepat. Kami dinasihati untuk menunggu, tapi kami tidak melakukannya.
  • Aku menyesal tidak membuat "hubungan kami" menjadi prioritas dibanding anak-anak. Sekarang anak-anak sudah dewasa, dan aku merasa seperti saya dan suami saya tidak benar-benar mengenal satu sama lain.
  • Kalau saja kita tidak hidup bersama sebelum kita menikah.
  • Aku menyesali tahun yang berlalu dengan sia-sia.
  • Kita harus mengubah cara kita menghadapi situasi keuangan kita. Kami saat terbelit utang, saya kira kami tidak akan pernah aman secara finansial.
  • Saya berharap suami saya dan saya dapat berdoa bersama. Setiap kali kami mendengar seseorang berkhotbah tentang doa dan memiliki waktu sebagai pasangan, kami membicarakannya, tetapi tidak pernah melakukan tindak lanjut. Aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang di antara kami sebagai hasilnya.
  • Aku menyesal tidak pernah benar-benar menikmati waktu bersama anak-anak saya.

Suami:

  • \"\"Aku menyesal membesarkan anak-anak kita di lingkungan yang tidak sehat secara rohani.
  • Aku menyesal membeli rumah yang terlalu besar untuk penghasilan kita. Stres keuangan mencekik saya.
  • Aku merasakan tekanan sepanjang waktu.
  • Jika saya bisa mengubah sesuatu, aku akan menjadi orang yang lebih baik dalam hidup bersama. Aku menyesal begitu keras dan kejam kepada istri dan anak-anak.
  • Aku menyesal memukul istri.
  • Aku berharap aku tidak pernah berselingkuh dan mengkhianati istri.
  • Aku menyesal menjauh dari gereja.  

Salah satu penyebab banyak hal yang disesali dalam pernikahan adalah pasangan suami istri tidak pernah jujur menceritakan rasa sakit dan terluka mereka. Mereka hanya bisa berseru jauh didalam hatinya, "Aku mencintaimu dan ingin menunjukkan kepadamu apa yang aku rasakan. Namun ada bagian dari diriku yang tidak bisa menjangkaumu karena aku berpegang pada penyesalan yang tanpa ampun ini." Akhirnya yang terjadi adalah kelumpuhan emosional dan keintiman yang rusak.

Bagaimana menangani hal ini? Steve dan Anie menawarkan tiga obat yang manjur.

1 . Mengakui

Biasanya rasa bersalah yang disebabkan oleh hubungan intim sebelum pernikahan atau ketidak setiaan pada pasangan akan menghantui kehidupan seseorang seumur hidupnya. Satu-satunya obat untuk hal ini adalah mengakui pada pasangan bahwa diri mereka terluka atas tindakan tersebut, atau memohon ampun atas tindakan tersebut yang telah melukai Anda maupun pasangan. \"\"

Mengapa harus dengan pengakuan? Karena satu-satunya penghancur bagi borgol "rasa bersalah" ini hanyalah dengan menelanjangi dosa.

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." ~ 1 Yohanes 1 : 9

2. Ubah yang bisa diubah

Luangkan waktu untuk mendengarkan penyesalan dari pasangan Anda dan buatlah catatan khusus, hal-hal apa yang bisa diubah untuk memperbaiki keadaan.

Anda bisa menjadikan momen ini menjadi titik balik bagi keluarga Anda. Hanya karena Anda menangani keuangan dengan buruk, bukan berarti selama harus seperti itu. Anda bisa mengubahnya. Anda bisa mengubah sikap Anda pada istri dan anak-anak. Anda bisa meluangkan waktu khusus bagi pasangan Anda. Banyak hal yang bisa diubah untuk mengobati kekecewaan pasangan Anda maupun Anda sendiri.

3. Terimalah hal-hal yang tidak bisa diubah

Beberapa hal mungkin tidak bisa diubah. Contohnya adalah masa lalu. Menerima apa yang sudah terjadi dimasa lalu, membutuhkan kekuatan khusus. Anda dan pasangan bisa datang kepada Tuhan dan memohon anugrah dari-Nya serta saling menopang saat salah satu menjadi lemah. Dengan Allah menjadi bagian dalam keluarga Anda, Dia bisa membalut hati Anda atas hal-hal yang terjadi dan Anda serta pasangan sesali. Penyesalan dan kekecewaan terhadap pasangan bukan akhir dari pernikahan. Hal itu adalah sebuah proses untuk menjalin kasih yang lebih dalam.

Sumber : Marriagemissions.com
Halaman :
1

Ikuti Kami